Sabtu, 22 Juli 2017

Kesaksian Soedono Wijaya Terbebas dari Jerat Narkoba





Kesaksian
Ketika badai krisis moneter menerpa negeri ini , pada tanggal 5 Juni  1997 , kami memutuskan untuk pindah dari kota Medan dan meneruskan  kembali urusan ekonomi properti dan jual beli kendaraan beroda empat di kota kelahiran saya ,  Surabaya. Ketika perjuangan tersebut sudah berjalan dengan baik , saya menyerahkannya kepada anak dan istri untuk mereka kelola , sehingga  saya mulai mempunyai banyak waktu senggang. Saat itu , salah seorang  saudara dari istri mengajak saya untuk pergi ke gereja. Namun , setelah berada di ruang ibadah , saya melihat orang-orang di situ bernyanyi  sambil berdiri dan bertepuk tangan penuh sorak-sorai. Sambil tertawa kecut , hati saya mulai mengatakan bahwa daerah ini bukanlah daerah  yang cocok bagi saya. Maka , saya mengurungkan niat untuk percaya pada Yang Mahakuasa Yesus dan tidak pernah menginjak gereja itu lagi.

Pada tahun 2000 yang lalu , alasannya mempunyai waktu senggang , saya mulai melaksanakan lagi kebiasaan-kebiasaan jelek yang pernah saya lakukan  bersama dengan teman-teman waktu masih tinggal di Medan , sekitar tahun  1993-1995. Berjudi sambil bersenang-senang di diskotek dan menikmati  alunan musik bingar-bingar di ruangan yang remang-remang , ternyata jauh lebih menarik bila dibandingkan dengan alunan musik di gereja.

Setelah berkali-kali menggunakan ekstasi , kawan-kawan saya mulai menunjukkan untuk mencoba mengisap sabu-sabu. Tetapi alasannya badan saya agak besar , mengisapnya 5 kali tidaklah terlalu terasa dampaknya. Oleh  karena itu , saya dianjurkan untuk mengisapnya sebanyak 10 kali. Mula- mula , menggunakan obat-obat tersebut hanyalah sebagai pemacu semangat  kerja saya. Namun beberapa bulan kemudian , obat-obatan itu mulai  menjerat saya , terutama jikalau terjadi dilema di rumah atau pada urusan ekonomi  saya. Pilihan saya hanya tertuju pada barang haram itu , menghisapnya  lagi dan lagi , hingga akhirnya menjadi ketergantungan dan tidak mampu terlepas darinya.

Sebenarnya , saya ingin berhenti dari obat-obatan itu. Saya dan istri  saya mulai mencari jalan keluar dengan mendatangi dukun-dukun , bahkan  meminta pertolongan pada berhala-berhala kami. Seperti proposal para  dukun tersebut , saya pun mulai mencoba untuk tidak mengkonsumsi obat-obatan itu. Namun , badan saya mulai sakit dan tulang-tulang saya  terasa ngilu mirip ditusuk ribuan jarum. Karena tidak dapat menahan  rasa sakit tersebut , saya mengisap sabu-sabu lagi untuk membuat badan
saya fit kembali.

Kalau batang itu tidak masuk ke dalam tubuh saya , saya akan menderita "sakau (ketagihan)" dan kalau hal itu dibiarkan , saya akan mengalami paranoid. Apabila saya terserang paranoid , maka akan mudah tersinggung  dan curiga pada semua orang , balasannya istri dan anak-anak sayalah yang menjadi sasarannya.

Suatu hari , setelah semalaman berpesta ekstasi dan sabu-sabu dengan  kawan-kawan di diskotek , pagi harinya saya tidak eksklusif kembali ke  rumah. Tanpa berpamitan terlebih dulu pada istri , saya bersama teman-teman berangkat untuk bersenang-senang di salah satu diskotek di  Jakarta. Karena hingga malam saya belum kembali ke rumah , istri dan  anak-anak saya mencoba menghubungi teman-teman saya. Namun , tak  seorang pun dari mereka yang mengetahui eksistensi saya. Maka , mereka  mulai mencari-cari saya ke setiap diskotek yang ada di Surabaya. Pada  hari yang ketiga setelah segala upaya yang dilakukan untuk mencari  saya tidak berhasil , istri saya mulai khawatir dan stres. Akhirnya , ia  pun jatuh sakit. Anak-anak yang memerhatikan ibunya dalam keadaan  seperti itu , segera melarikannya ke Rumah Sakit Mitra di Surabaya.

Ketika istri saya sedang dirawat intensif di ruang ICU , telepon  genggam yang baru saja saya aktifkan malam itu , tiba-tiba berbunyi.  Karena hanya teman-teman yang menelepon dan mengabarkan bahwa istri  saya sakit , saya tidak mempercayainya. Saya berpikir itu hanyalah upaya  untuk membuat saya segera pulang ke Surabaya. Tetapi tidak lama  kemudian , seorang tetangga kami , Dokter Hendro Gunawan , yang merawat  istri saya di rumah sakit , menelepon dan mengatakan bahwa istri saya sedang dirawat di rumah sakit , bahkan sekarang ini sedang ditangani  secara serius di ICU.

Setelah saya meyakini bahwa seorang dokter tak mungkin berbohong , maka saya segera membeli tiket pesawat untuk keberangkatan pada jam pertama besok pagi. Sesampainya di Surabaya , saya segera mencari istri saya ke rumah. Tetapi , saya tidak menemukannya sehingga saya segera menuju  rumah sakit. Setibanya di rumah sakit , saya menemukan istri saya  sedang didoakan oleh beberapa orang pria. Sebenarnya , saya tidak  setuju dengan itu. Bahkan , hati saya sangat jengkel kepada mereka alasannya saya pikir cara itu tidak mungkin dapat membuat istri saya  sembuh dan sadar kembali.

Setelah didoakan oleh orang-orang tersebut , yang belakangan saya  ketahui bahwa mereka ialah anggota dari FGBMFI Surabaya , Kertajaya  Chapter , tak lama kemudian istri saya benar-benar sadar dan siuman.  Sejak ketika itulah , istri saya mendapatkan Yesus sebagai Yang Mahakuasa dan Juruselamatnya. Sejak hari itu pulalah , istri saya mendoakan saya secara  terus-menerus , biar saya bertobat dan berhenti dari narkoba.

Seminggu kemudian , ketika saya tetap meneruskan petualangan saya di  dunia remang-remang diskotek , sekitar pukul 01.00 pagi , saya sedang triping berat. Tetapi tiba-tiba , kepala saya berhenti bergeleng-geleng , seolah menginjak rem. Tiba-tiba saya mencicipi kesepian yang luar biasa dan eksklusif teringat pada Yang Mahakuasa Yesus yang belum pernah  saya kenal sebelumnya. Saya mengatakan kepada Yang Mahakuasa bahwa jikalau saya  bisa berhenti dari ekstasi , sabu-sabu , dan obat-obatan lainnya , saya  akan bertobat dan mendapatkan Dia masuk ke dalam hati saya. Saya akan  beribadah kepada-Nya di gereja.

Sekitar lima hingga sepuluh menit kemudian , saya melihat wajah orang-orang yang sedang menari di depan saya menjadi mirip hantu. Ada juga  yang berwajah polos dan hitam , mirip katak yang sedang melompat-lompat , atau mirip binatang yang angker , yang akan menerkam saya.

Ketika saya berdiri , saya melihat pelayan-pelayan yang sedang membawa nampan minuman , berjalan tanpa wajah. Ketika saya menengok ke kiri ,  saya melihat beberapa pelayan perempuan yang membawa minuman tetapi  tidak berjalan , mirip melompat-lompat. Karena sangat ketakutan , saya  segera melarikan diri ke luar ruangan. Para satpam yang mencegat saya  terlihat bertanya-tanya , tetapi alasannya tak berani mengatakan bahwa  saya baru saja melihat setan , maka saya hanya mengatakan bahwa saya  sedang kurang sehat. Teman-teman yang menyusul saya ke luar ruangan  melihat bahwa wajah saya masih merah padam alasannya pengaruh obat. Jika  saya pulang dalam keadaan mirip itu , maka mampu dipastikan bahwa saya  akan over dosis , kemudian sesak napas , dan meninggal. Sejak saya  terikat dengan narkoba , istri dan anak-anak saya telah melarang saya  untuk menyetir sendiri. Tetapi malam itu , saya mengatakan kepada  teman-teman bahwa saya harus pulang ketika itu juga.

Sesampainya di rumah , istri saya yang membukakan pintu. Sambil melihat wajah saya yang masih merah padam , ia menanyakan ihwal kepulangan saya , yang kurang lebih pukul 01.30 itu. Saya menjelaskan peristiwa  yang saya alami dan komitmen yang saya ucapkan kepada Yang Mahakuasa di diskotek  tadi. Dengan tidak percaya , istri saya mengatakan bahwa saya sudah  gila atau sedang mengalami paranoid. Biasanya , saya mampu fit selama  tiga hingga empat hari hanya dengan tidur selama satu hari alasannya  pengaruh obat. Tetapi pada subuh itu , saya eksklusif merebahkan diri di  tempat tidur dan terlelap.

Biasanya , sarapan pagi saya ialah sabu-sabu yang sudah siap untuk  diisap , tetapi pagi itu saya tidak ingin menghisapnya lagi. Sepanjang  hari itu , lebih dari lima kali saya keluar masuk karaoke untuk mengisap sabu-sabu , tetapi setiap kali saya berusaha melakukannya ,  saya tidak ingin memakainya lagi. Biasanya , jikalau tidak mengkonsumsi  sabu-sabu dalam dua hari , badan saya akan terasa tidak enak dan tulang-tulang saya terasa sangat sakit. Tetapi anehnya , ketika itu sudah  hari keempat saya tidak mengkonsumsi sabu-sabu dan badan saya tidak terasa sakit mirip biasanya.

Beberapa hari kemudian , istri saya mengajak saya pergi ke rumah sakit  untuk direhabilitasi (cuci darah-urin). Setelah disuntik dan diinfus ,  saya tidak sadarkan diri selama tiga hari. Pada hari yang keempat ,  saya mulai siuman , tetapi mirip terkena parkinson. Kaki dan tangan  saya tak berhenti bergetar.

Melihat keadaan saya yang mirip itu , keluarga membawa saya untuk diperiksa oleh dokter saraf dan psikiater. Setelah diberikan terapi  namun belum mendapat kesembuhan juga , pada tamat Desember 2000 saya  dibawa oleh anak dan istri saya berjalan-jalan ke Eropa. Sebenarnya ,  saya tidak ingin ikut bersama mereka alasannya keadaan badan saya yang  belum sembuh. Tetapi alasannya mereka sudah membeli tiket dan saya tak  ingin mengecewakan mereka , akhirnya saya ikut juga. Pada hari pertama  tiba di Eropa , saya dibawa untuk melihat-lihat bangunan gereja. Saya  sempat menggerutu bahwa kalau hanya ingin melihat gereja , di Surabaya  pun banyak gereja dan bangunannya jauh lebih bagus daripada di situ.  Keesokan harinya , walaupun saya menggerutu , ketika mereka kembali  membawa saya melihat suatu gereja , saya ingin berlama-lama tinggal di  gereja itu. Setelah satu jam berlalu , istri dan anak-anak mengajak  saya keluar dari gereja itu. Karena masih ingin berada di gereja itu ,  saya mengatakan kepada istri saya dan pemimpin rombongan untuk keluar terlebih dulu , dan saya akan menyusul mereka lima menit kemudian.  Dalam waktu lima menit itu , tiba-tiba Yang Mahakuasa mengingatkan saya pada  janji yang saya ucapkan pada Yang Mahakuasa , bahwa saya akan bertobat dan datang ke gereja.

Di dalam gereja itu , saya berjanji bahwa sepulangnya dari Eropa , saya  akan bertobat dan mau ke gereja. Saya juga mau dibaptis. Tiga hingga  empat hari kemudian , istri dan anak-anak saya mengatakan pada saya  bahwa badan saya sudah tidak bergetar-getar lagi. Saya menjawab mereka  bahwa Yang Mahakuasa Yesus-lah yang telah menyembuhkan saya.

Saat berada di Surabaya , kami sekeluarga menyerahkan diri pada Kristus  dan telah dibaptis dalam nama Yang Mahakuasa Yesus Kristus. Seiring dengan  pertobatan tersebut , Dr. Hendro Gunawan dan kawan-kawan dari FGBMFI  Kertajaya Chapter Surabaya membimbing kerohanian saya. Dalam sebuah  outreach meeting , mereka mengajak saya untuk bergabung menjadi anggota  FGBMFI. Sekarang , bukan hati saya saja yang semakin dipenuhi dengan  sukacita dan hening sejahtera oleh Yang Mahakuasa , melainkan urusan ekonomi dan keluarga  kami pun dipulihkan hingga bertambah harmonis.

Soedono Wijaya sekarang menjadi anggota FGBMFI Chapter Surabaya. Pengusaha otomotif dan garmen di Jasmin Jaya ini , bersama istrinya ,  Christina Irani , serta anak-anaknya , Tommy W. , Fera Carolina W. , Hendry W. , Denny W. , dan Jeanifer Yasmin W. , bergereja di Mawar Sharon Surabaya.

Diambil dari: Judul buletin: SUARA (Full Gospel Business Men`s VOICE Indonesia)

Artikel Terkait

Kesaksian Soedono Wijaya Terbebas dari Jerat Narkoba
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email